Materi Pengkaderan & Penyegaran Pengkhotbah, Oleh: Kang PUTRA
Pengantar
Sebagai orang Kristen kita mengenal nyanyian sebagai bagian dari setiap ibadah yang dilakukan. Menurut sejarah nyanyian dalam ibadah Kristen mewarisi dari ibadah Yahudi yang dilaksanakan di Sinagoge-sinagoge. Hal itu nampak dalam peristiwa perjamuan paskah terakhir yang notabene peringatan Paskah Yahudi yang dilakukan Tuhan Yesus bersama-sama para murid; “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun” (Mat. 26:30; Mar. 14:26). Mungkin yang dinyanyikan pada perjamuan paskah tersebut adalah nyanyian Halel yakni mazmur-mazmur 114 s/d 118.
Pada makalah kecil ini kita tidak akan merunut sejarah perkembangan nyanyian dalam ibadah Kristen ataupun hal-hal penting lain yang sebaiknya dipahami guna pelayanan ibadah. Kita akan lebih pada praktisi dengan memahami jenis-jenis dan fungsi nyanyian dalam Ibadah (khususnya GKJ), serta bagaimana pengkhotbah mempersiapkan (dibaca : memilih) nyanyian-nyanyian yang digunakan dalam ibadah GKJ. Sehingga perlu disadari ada banyak hal penting seputar Musik Gereja yang tidak terangkum dalam makalah Nyanyian dalam Ibadah. Semoga Tuhan memberi kesempatan lain,, dan kita pun mempunyai kerinduan yang sama untuk belajar lebih jauh lagi seputar Musik Gereja.
Nyanyian dalam Ibadah
Membicarakan nyanyian dalam ibadah tidak bisa terlepas dari pemahaman ibadah secara utuh, karena nyanyian hanya bagian kecil dari ibadah. Ibadah adalah penyataan diri berbakti kepada Tuhan [W.J.S. Poerwadarminta; 1984]. Salah satu cara beribadah dalam kehidupan Gereja dilakukan secara bersama-sama. Ada dua sisi yang biasanya dirindukan oleh umat ketika beribadah bersama-sama. Yaitu kerinduan untuk mengalami “persekutuan antara umat dengan umat lainnya” dan “persekutuan antara umat dengan Tuhan”. Dalam hal ini guna memenuhi dua kerinduan tersebut ibadah harus dipahami secara utuh, tidak terpisah-pisah antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Menata ibadah yang memenuhi dua kerinduan tersebut dibutuhkan sarana komunikasi yang disebut liturgi. Salah satu bagian dalam menata komunikasi tersebut terwujud dalam nyanyian. Dengan demikian, mempersiapkan nyanyian dalam ibadah menjadi bagian yang sangat penting. Bahkan apabila nyanyian sebagai salah satu unsur ibadah tidak dipersiapkan akan merusak liturgi sebagai sarana komunikasi dalam ibadah, itu juga berarti merusak (mengacaukan) ibadah itu sendiri.
Jenis dan Fungsi Nyanyian dalam Ibadah
Kita mengenal beberapa bagian nyanyian dalam ibadah yang dilaksanakan GKJ. Pada setiap bagian, sebenarnya nyanyian tersebut dikategorikan pada jenis dan fungsinya tersendiri. Sehingga jenis dan fungsinya akan berbeda menurut bagiannya dalam pelaksanaan ibadah. Menurut kebiasaan Gereja-gereja dalam urutan liturgi yang lazim, bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nyanyian Prosesi
Nyanyian prosesi adalah nyanyian yang digunakan untuk mengiringi dan membuat suasana yang lebih mendukung suasana (khidmat, persekutuan yang kudus, damai, dll.) dalam peristiwa prosesi imam. Ada 2 jenis nyanyian prosesi, yaitu:
v Nyanyian prosesi awal yaitu ketika imam dan pemimpin ibadah (sebagai wakil Tuhan) keluar dari konsisturi (ruang doa imam atau ruang kudus) memasuki ruang ibadah untuk bersekutu dengan umat.
v Nyanyian prosesi akhir yaitu setelah selesai ibadah dimana imam dan pemimpin ibadah (sebagai wakil Tuhan) meninggalkan ruang ibadah kembali ke konsisturi (ruang doa imam atau ruang kudus)
Catatan: Tidak semua Gereja menggunakan nyanyian dalam prosesi imam. Hal ini terjadi karena yang utama dibutuhkan adalah pembentukan suasana (khidmat, persekutuan yang kudus, damai, dll.) itu sendiri. Apa gunanya menggunakan nyanyian tetapi malah merusak pembentukan suasana yang dimaksud, yaitu ketika salah dalem menentukan (memilih) nyanyian.
2. Nyanyian Pujian atau Nyanyian Kerinduan
Nyanyian pujian adalah nyanyian yang dinyanyikan jemaat untuk mengungkapkan perasaan kegaguman atas karya dan penyertaan Tuhan. Biasanya dilaksanakan setelah jemaat mengungkapkan pengakuan (votum) “Pertolongan kita adalah berasal dari Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi” atau “Pitulungan kita punika pinangkanipun saking sawab berkahipun Gusti Allah ingkang nitahaken langit kaliyan bumi” dan kemudian menerima ucapan salam (bukan berkat) “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus ada pada kita semua” atau “Sih rahmat lan tentrem rahayu saking Allah Rama kita lan Gusti Yesus Kristus wontena ing kita sadaya”. Dalam hal ini nyanyian pujian berfungsi sebagai tanggapan umat ketika Tuhan menyampaikan salam-Nya melalui pemimpin ibadah.
Pada peristiwa ibadah lain nyanyian pujian bisa diganti dengan nyanyian kerinduan yaitu, nyanyian yang mengungkapkan kerinduan umat akan kehadiran Tuhan atau pun kerinduan umat akan pertolongan Tuhan selama ibadah berlangsung.
Catatan: Nyanyian pujian atau nyanyian keriduan dapat juga didahului dengan pembacaan ayat Alkitab sebagai dasar ibadah yang menjelaskan tentang jenis ibadah yang dilakukan. Dalam hal ini dalam bagian pokok liturgi disebut Introitus.
3. Nyanyian Pengakuan Dosa
Nyanyian pengakuan dosa merupakan tanggapan atas ketidakberdayaan umat dalam melakukan perintah atau hukum Tuhan. Biasanya didahului dengan pembacaan dan perenungan pelaksanaan dari hukum kasih dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun lebih tepat jika yang dibacakan adalah bagian perintah dan hukum lain sesuai dengan ibadah yang sedang dilakukan..
4. Nyanyian Kesanggupan
Nyanyian kesanggupan adalah nyanyian yang dinyanyikan oleh umat dalam rangka menanggapi petunjuk hidup baru yang Tuhan berikan. Setelah umat mengakui akan ketidakberdayaannya dalam melakukan perintah atau hukum Allah, dalam hal ini Tuhan memberikan anugerah pengampunan dalam berita anugerah yang disertai dengan petunjuk bagaimana cara memegang dan menjaga anugerah tersebut supaya tidak hilang dengan petunjuk hidup baru. Dalam hal ini nyanyian kesanggupan juga bisa menjadi sarana umat menyatakan janji kepada Tuhan untuk selalu menjaga anugerah yang Tuhan berikan dengan selalu taat dan setia melalui pertolongan Roh Kudus.
5. Nyanyian Persembahan
Nyanyian persembahan adalah pernyataan rasa syukur atas berkat-berkat yang telah diterima oleh umat dan diyakini hanya Tuhan yang memberikannya. Dalam hal ini nyanyian persembahan tidak hanya berfungsi sebagai pengiring ketika umat mengumpulkan persembahannya, tetapi menyatakan bagaimana umat merasakan dan menghayati setap berkat yang Tuhan berikan dalam kehidupan. Guna menolong umat merasakan dan menghayati berkat-berkat Tuhan, dibacakan ayat Alkitab sebagai dasar atau ajakan bersyukur yang sesuai dengan jenis ibadah yang sedang dilakukan.
6. Nyanyian Akhir atau Nyanyian Tanggaan atas Firman
Nyanyian akhir dalam hal ini bukanlah berpengertian nyanyian penutup ibadah, karena sebenarnya ibadah belum selesai. Ibadah dikatakan selesai setelah penerimaan berkat atau bahkan ada juga yang memahami setelah prosesi imam yang terakhir. Lebih tepat apabila nyanyian akhir ini disebut nyanyian tanggapan atas Firman yang telah diberikan Tuhan melalui pelayan Firman dan umat menerimanya dengan kesungguhan hati. Nyanyian ini berisi ungkapan perasaan umat akan anugerah Firman yang telah diterima dalam bentuk syukur atau bahkan kesediaan umat untuk melakukan Firman Tuhan yang telah diterimanya dalam ibadah.
Catatan: Ada kalanya pemimpin ibadah memfungsikan nyanyian akhir sebagai nyanyian pengutusan yang berisi panggilan ata perintah kepada umat untuk melaksanakan Firman yang telah diterimanya, kemudian umat pun menanggapi dengan kesanggupannya. Apabila nyanyian akhir difungsikan sebagai nyanyian pengutusan, sebaiknya kalimat-kalimat pengutusan dalam sebuah nyanyian dinyanyikan oleh pemimpin ibadah atau majelis Gereja kemudian, bagian kalimat-kalimat yang berisi pernyataan kesanggupan umat dinyanyikan oleh umat atau bersama-sama.
MEMPERSIAPKAN NYANYIAN dalam IBADAH
Adalah tugas pengkhotbah untuk mempersiapkan (dibaca:memilih) nyanyian-nyanyian yang akan digunakan dalam ibadah, karena pengkhotbah juga berfungsi sebagai pemimpin ibadah. Berikut adalah beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan (memilih) nyanyian yang akan digunakan dalam ibadah:
1. Konsep Ibadah apa dan ibadah yang bagaimana yang akan dilakukan? Jikalau Gereja-gereja menggunakan kalender liturgi, masa liturgi apa yang sedang terjadi dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Misalnya masa adven, natal, pra paskah, paskah, pentakosta, trinitas, dll. Masa Liturgi ini yang kemudian digunakan untuk menentukan....
2. Apa bacaan dan isi pokok Firman yang akan disampaikan dalam ibadah.
3. Nyanyian-nyanyian yang digunakan dalam ibadah harus mendukung konsep ibadah yang akan dilakukan dan isi pokok Firman yang akan disampaikan, keculai nyanyian prosesi.
Catatan: Ayat-ayat yang dipergunaan sebagai unsur-unsur liturgi lain (berita anugerah, petunjuk hidup baru, dasar/ajakan persembahan) juga harus dipersiapkan sesuai dengan konsep ibadah yang akan dilakukan dan isi pokok Firman yang hendak disampaikan.
NYANYIAN DAN AYAT YANG DICANTUMKAN DALAM KHOTBAH JANGKEP
Apabila para pengkhotbah menggunakan Khotbah Jangkep, biasanya sudah dicantumkan Bacaan Alkitab, nyanyian-nyanyian dan ayat-ayat pendukung (berita anugerah, petunjuk hidup baru, persembahan) yang digunakan dalam ibadah. Bagaimanakah cara yang baik untuk menggunakannya? Bagaimana kalau ternyata ada nyanyian yang tidak dikuasai oleh pengkhotbah? Jawabnya: Harus digunakan dengan persiapan dan pemahaman yang utuh tentang ibadah apa yang sedang dipersiapkan oleh si penulis Khotbah Jangkep. Bahkan apabila perlu digunakan dengan kritis. Dalam hal ini pengkhotbah yang menggunakan Khotbah Jangkep harus berusaha menangkap maksud si penulis Khotbah Jangkep. Hal tersebut harus dilakukan karena unsur-unsur dalam ibadah merupakan satu-kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisah-pisahkan.
Berikut tips dan trik persiapan khotbah dengan menggunakan Khotbah Jangkep:
1. Yang pertama dipersiapkan adalah Firman yang akan disampaikan.
2. Berikutnya melihat dan mencermati (dibaca: mengkritisi) ayat-ayat pendukung (berita anugerah, petunjuk hidup baru, dasar/ajakan persembaan) serta nyanyian-nyanyian yang dipergunaan.
3. Apabila dirasakan ada bagian ayat pendukung yang kurang pas bisa diganti dengan ayat yang lebih pas, bila perlu diambilkan dari hanya bagian bacaan yang menjadi dasar pelayanan Firman.
4. Lihat dan cermati (dibaca: kritisi) nyanyian-nyanyian pendukung yang dicantumkan dalam Khotbah Jangkep. Sudahkah sesuai dengan jenis ibadah, unsur-unsur liturgi, dan ayat-ayat pendukung ibadah yang mendahuluinya. Ingat isi nyanyian yang dipilih harus sesuai.
5. Apabila dirasakan ada nyanyian yang isinya kurang pas dengan unsur liturgi atau ayat pendukung bisa dicarikan gantinya.
6. Apabila ada nyanyian yang diganti (baik karena dirasa kurang pas atau pun tidak begitu dikuasai oleh si pengkhotbah), harus dicarikan yang isinya sesuai dengan unsur liturgi dan ayat-ayat pendukung ibadah yang mendahuluinya.
7. Dua hal penting yang harus diingat oleh pengkhotbah ketika menentukan (memilih) nyanyian dalam ibadah adalah:
v Pengkhotbah harus menguasai nyanyian yang ditentukan (dipilih).
v Usahakan nyanyian yang ditentukan (dipilih) juga bisa dinyanyikan oleh jemaat. Apabila ada nyanyian baru yang belum dikenal oleh jemaat sebaiknya diadakan latihan bersama sebelum ibadah dimulai.
Semoga bermanfaat untuk pekerjaan pelayanan bagi kemuliaan Nama TUHAN.