kwd wilbar 3 juli 2010

kwd wilbar 3 juli 2010
photo album

Selasa, 25 Mei 2010

MENEMUKAN DAN MEMBAGI BERKAT TUHAN MELALUI AKTIVITAS KERJA HARI INI

Renungan Pagi RSPR Purwodadi pada 22 Maret 2010

Oleh kang PUTRA

 

 

Bacaan : Kejadian 12:1-8

Nats      : Kejadian 12:2

 

          Siapa yang tidak ingin berkat? Semua orang menginginkan berkat. Kita bekerja mencari berkat dan apapun yang kita lakukan di dunia sebagai sarana mencari berkat. Tetapi yang menjhadi pertanyaan kita adalah; kapan kita bisa menemukan berkat? Pada renungan pagi hari ini kita akan belajar dari Abaraham untuk “Menemukan dan Membagi Berkat Tuhan Melalui Aktivitas Kerja Hari Ini”.

          Kita semua mengenal Abraham dengan sebutan “bapa segala orang percaya/beriman”. Ia adalah “dedengkot” segala orang percaya/beriman. Ia menjadi teladan bagi orang beriman. Bacaan kita (Kejadian 12:1-8) mengisahkan tentang bagaimana Tuhan memanggil Abaraham untuk menemukan berkat dan membaginya kepada semua orang. Hal tersebut ditegaskan dalam ayat 2; “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat”. Untuk itulah kita akan belajar menemukan dan membagi berkat Tuhan melalui aktivitas kerja hari ini, dengan 2 pokok bahasan, yaitu:

1.   Apa yang harus dilakukan Abraham untuk bisa menemukan dan membagi berkat Tuhan?

2.   Mengapa yang harus dilakukan adalah menemukan dan membagi berkat?

1.   Apa yang harus dilakukan Abraham untuk bisa menemukan dan membagi berkat Tuhan?

Ayat 1 dalam bacaan kita setidaknya menjadi penjelasan kepada kita tentang apa yang diperintahkan Tuhan untuk dilakukan Abraham untuk bisa menemukan dan membagi berkat. Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;” Apa artinya? Sebenarnya apa yang harus dilakukan Abraham bukan hanya perkara meninggalkan kampung halaman, sanak saudara dan orang tua untuk berjalan ke suatu tempat yang dijanjikan Tuhan. Tetapi untuk memenuhi panggilan Tuhan, Abraham harus bersedia dan berani meninggalkan hal-hal yang pasti atau mapan.

Apabila dalam ayat 1 dikatakan tentang negeri yang harus dituju oleh Abraham dengan sebutan “ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”, tentunya kita bisa membandingkan bahwa kampung halaman, sanak-saudara dan orang tua Abraham lebih pasti dan mapan. Hal tersebut akan berbeda apabila dalam panggilan-Nya, Tuhan sudah menunjuk/menyebut suatu negeri Kanaan. Jadi Abraham pada saat itu belum tahu (karena belum dikasih tahu) tentang negeri mana yang akan diberikan Tuhan kepadanya.

Hal tersebut memberikan pengertian bahwa Abraham harus merubah haluan dan pusat hidup. Semula ada kampung halaman, ada sanak-saudara dan rumah orang tua dan segala macamnya yang suatu saat bisa dijadikan tempat berlindung dan pertologan bila menghadapi kesulitan hidup, harus berubah menjadi harus benar-benar mengandalkan Tuhan.

Apakah Abraham melakukan perintah Tuhan tersebut? Jawabnya ada pada ayat 4-5; “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, … mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.” Abraham melakukan apa yang diperintahkah Tuhan. Bahkan bukan hanya itu, dalam melaksanakan perintah Tuhan tersebut Abraham menerapkan gaya hidup kemah-mezbah, mezbah-kemah. Hal tersebut nyata dalam ayat 7-8; “Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN”. Apa artinya?

Kemah adalah lambing tempat untuk tidur, makan, berkeluarga, bekerja, dll. Sedangkan mezbah adalah lambang untuk menyebut nama Tuhan dan menyembah Tuhan. Dalam hal ini Abraham menerapkan gaya hidup dimana ada kemah disitu ada mezbah.

Itu yang mestinya kita lakukan apabila ingin menemukan berkat Tuhan; yaitu merubah haluan dan pusat hidup yang semula mengandalkan segala macam keadaan dunia menjadi mengandalkan dan memusatkan hidup kepada Tuhan yang diwujudkan dalam gaya hidup kemah-mezbah, mezbah-kemah atau dimana ada kemah disitu ada mezbah?

Mari kita bertanya utuk pribadi kita masing-masing; sudahkah kita menerapkan gaya hidup kemah-mezbah, mezbah-kemah? Permasalahan akan kita temui apabila kita memahami penerapan gaya hidup kemah-mezbah, mesbah-kemah itu dalam segi kuantitas. Kita akan berfikir, kalau begitu aku harus menjalani hidup dengan cara 50% untuk kemah dan 50% untuk kerja. Mari kita coba mengukur kalau kita menggunakan segi kuantitas untuk menerapkan gaya hidup kemah-mezbah, mezbah-kemah tersebut. Berapa % yang kita gunakan kemah dan berapa % yang kita gunakan untuk mezbah? Saat ini, ketika kita sedang renungan pagi, kita  menggunakan waktu untuk ….? (mezbah). Mari kita hitung berapa jam kita gunakan waktu untuk renungan pagi dan berapa jam kita gunakan waktu untuk bekerja?

Abraham sebenarnya menerapkan gaya hidup kemah-mezbah, mezbah-kemah bukan dalam segi kuantitas saja; melainkan lebih pada segi kualitas. Dimana ketika Abraham berjalan tetap mengandalkan terang kasih dan kebijaksanaan Tuhan dan apapun yang dilakukan Abraham dalam perjalanan selalu memusatkan hidup kepada Tuhan. Kemudian pada saat-saat tertentu Abraham kemudian mengenang dan mencari penguatan dari Tuhan dalam ibadah dan doa.

Itu juga yang sebenarnya yang mesti kita wujudkan dengan gaya hidup kemah-mezbah, mezbah-kemah. Ketika kita bekerja, kita lakukan pekerjaan kita dengan dasar bahwa itu perintah Tuhan dan sekaligus pekerjaan dan cara kerjaku menjadi sarana Tuhan berkarya kepada dunia. Itu artinya kita harus senantiasa mengingat dan menyadari bahwa pekerjaan dan cara kita bekerja juga dipakai Tuhan utuk berkarya menyatakan kasih dan rahmat-Nya, baik kepada diriku dan kepada sesame-dunia disekitarku. Kalau kita bekerja dengan menydari dan terus mengingat hal tersebut, mestinya aktivitas kerja kita menjadi baik dan berkualitas. Karena bagaimana mungkin aku bekerja semau gue dan kerjaku tidak karuan kalau aku sadar melalui kerjaku Tuhan berkarya?

2.   Mengapa Harus Menemukan dan Membagi Berkat?

Mengapa bukan menemukan dan menikmati berkat, tetapi kok harus menemukan dan membagi berkat? Alasannya selain Tuhan juga berkarya melalui kerjaku seperti penjelasan di atas, bisa kita pahami dengan ilustrasi atau gambaran berikut:

Di Israel terdapat dua danau besar yang bernama danau Galilea dan Laut Mati. Danau Galilea adalah sumber hidup karena disana ada kehidupan. (Kita ingat calon-calon murid Yesus bekerja mencari ikan di danau Galilea ini. Bahkan kehidupan di dalam danau Galilea tidak pernah berhenti atau mati. Mengapa di dalam danau Galilea ada kehidupan? Karena danau itu tidak hanya menerima aliran air dari sungai tetapi juga memberi atau mengalirkannya kepada sungai-sungai berikutnya. Untuk itulah disana tetap ada kehidupan.

Sedangkan Laut Mati tidak bisa dijadikan sumber kehidupan, karena memang di dalamnya tidak ada kehidupan maka disebut dengan Laut mati. Mengapa tidak ada kehidupan karena laut mati hanya mau menerima aliran air dari sungai-sungai disekitarnya tetapi tidak meneruskannya kepada sungai-sungai berikutnya.

Jadi kita diberkati supaya kita menjadi berkat bagi yang lain. Supaya kita bisa selalu merasa terus disuplai atau menemukan berkat, kita harus bersedia menjadi berkat.

Ada semacam peringatan di sini: kita diberkati, tetapi kemudian hanya kita simpan semuanya untuk diri kita sendiri. Hati-hati, kita bisa mati! Justru kalau kita diberkati untuk menjadi berkat, kita akan memperoleh kehidupan, kita akan menjadi hidup.

         

          Oh ya.., sekedar mengingatkan tema renungan kita hari ini adalah “Menemukan dan Membagi Berkat Tuhan Melalui Aktivitas Kerja Hari Ini”, untuk itu selamat menemukan dan membagi berkat dalam aktivitas kerja hari ini. Tetapi mengapa hanya hari ini, apakah besok tidak menemukan dan membagi berkat lagi? Bukan itu maksudnya, tetapi cobalah dulu untuk kehidupan hari ini, dan kalau sudah benar-benar merasakan, lakukanlah lagi pada hari besok, hari esok, hari esoknya lagi dan esoknya lagi.

Tuhan memberkati.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar